To hold on to sanity too tight is insane

A lady with paradox chemical running thickly in her blood. Loves to laugh but can be very cynical. As cold as the winter breeze then will blow you with a roaring fire. A sinister of love yet a fool in romance. Complicated though easy to simplify. Basically, I'm just trying to revive myself here...and thank you for listening to my insane rambling.

Friday, October 29, 2004

si tikus

Pernah enggak nilai-nilai dalam diri kamu bertabrakan dengan nilai-nilai kantor?
Pernah, sih.
Untung sejauh ini bisa dihandle.

Tapi teman saya yang ini memilih pergi...
Padahal banyak yang bilang, termasuk saya, dia orang yang menarik.
Saya agak menyesal, kesibukan telah menjebak saya sehingga tidak pernah bisa bicara banyak dengannya.
"Gue pengin, deh, masuk psikologi," ujarnya suatu hari.
"Lo bilang saja sama si bos2 itu!" jawab saya. Hati saya lumayan menyala karena siapa tahu ada keajaiban.
Cuma...keajaiban itu belum berhasil menyelinap dan mendobrak hati petinggi-petinggi itu.
Ya sudah...

Semoga nanti kita bisa saling memancing lagi yah Cec...:P
Terus, saya tunggu pertanyaan kamu selanjutnya tentang arti2 tanda baca di SMS...:D
Dan...
terima kasih atas SMS-nya di suatu malam yang telah berhasil menarik bibir saya hingga ke ujung dan menghasilkan senyum paling indah hari itu...

Ouh, btw, puisi kamu yang ini buat saya yah? Hahahahaha *GR*

labirin

labirin itu senyar nafasmu yang kian asing ketika jendela bening itu kedap dan kau hisap habis udara dari dadaku
aku tak bisa mendengarmu dan hampa itu berkeping di gerimis sepi yang bertampiasan membercak gulana sekap oleh rinai kenang membelit dalam genang payau tetubuhan.

Dagh Ceci...
Nanti gw kabar2i tentang lowongan di masa depan itu yah...:)


Thursday, October 28, 2004

life is?

Hmm...apalagi yah? Baju sudah, peralatan mandi sudah, sepatu sudah, buku juga sudah dimasukin. Dompet! oh iya..dompet di mana, yah? Oh iya, sudah masuk kantung..he-he-he..dasar pikun. Eh, apaan tuh, ada buku jatuh. Wah, komik joroknya Ardi. Hi-hi-hi maaf, yah, saya lupa terus mau balikin. Ya sudah dibawa saja, deh, buat lucu-lucuan di jalan.

Okay, kayaknya semua sudah masuk, deh. Tapi yang paling penting, tiketnya enggak boleh ketinggalan. Nah, ini dia. Warnanya kuning keemasan. Tulisannya, Dreamer Boat. Destination: Somewhere. Terus ada tanda tangannya, Kirana. Iyah, dia, Kirana, sahabat saya yang paling baik, manis, dan yang jelas paling tajir. Dulu dia pernah nawarin pergi, tapi saya nolak. Terus beberapa hari lalu, dia ngancem, "You need to get out. NOW! Go somewhere and never comeback." Yah, bahasa Inggrisnya emang jauh lebih baik, sih, semenjak bokapnya yang asli Betawi, Haji Muin nyuruh dia sekolah ke Amerika.

Huah, benarkah saya harus pergi? Saya melihat ke sekeliling kamar kost yang sudah tahunan saya tinggali. Temboknya berwarna biru, lantainya marmer, bersih lagi. Cuman, kasurnya, sih, yang keras dan sudah mulai jeblos tiap kali ditidurin. Tapi saya memang harus pergi. Sebenarnya, aturan utama seorang backpacker, dilarang betah di suatu tempat! Saya sudah terlalu lama di sini. Saya bahkan sempat mencicipi masa saya ingin bunuh diri. That's when I know it's not right. Oh, sudahlah, Kirana sudah nunggu di luar.

Aduh, tasnya berat bangeeet! Mana harus turun tangga. Okay, you can do it. Hah...tiga langkah tangga lagi. Akhirnyaa...Nah itu dia. Kirana sudah nangkring di Jaguar hitamnya pakai kacamata hitam merek Versace yang lambangnya dari jarak 3 meter bikin mata orang yang melihat silau. Sret, saya masuk ke dalam mobilnya yang sejuk dan bagus banget itu.

"Sudah siap lo?" kata Kirana sambil memegang setir dan sok cool melirik saya.

"Sudah! Ini tas gue yang terakhir."

"Tiketnya mana?" selidik Kirana lagi.

"Ini sudah gue bawa. Nih!" Saya kipas-kipasin tiket kapal itu di depan hidungnya yang bertahi lalat

"Bagus! Akhirnya...lo pergi juga."

"Hmm..iya, yah. Makasih banget lo sudah kasih gue tiket ini. I can't tell you how grateful I am."

"Relax babe. Kapalnya bokap gue ini. Lagian, I know you have to go."

"Sok tahu, deh!"

"Lo, tuh, dulu kayak orang buta. Keenakan di sini. Padahal gue tahu, you don't exactly belong here."

"Kenapa?"

"Ngaku, deh. Tiga bulan ini, sudah berapa kali lo senyum? Kerjaannya merengut melulu. Mikirin hal-hal enggak penting. Orang, tuh, kalau lagi mabuk, enggak bisa mikir dengan benar! Menurut gue, sesuatu itu bukanlah hal yang tepat ketika itu membuat lo sedih dan kesal."

"...."

"Yah, diam, deh. Dada sesak, sebentar lagi mulut membisu."

"Hush. Eh, lo mau gue ketinggalan kapal?"

"Ouh iya .Okay...okay." Cewek berkulit putih ini langsung
menstarter mobil dan menjalankan mobilnya.

"Ran, sebenarnya gue mau dibawa ke mana, sih?" saya akhirnya nanya juga.

"It's a surprise."

"Kok?"

"Di situlah seninya sayang. Kalau lo tahu, enggak bakal
seru!" ujar Kirana sambil seenaknya nyalip barisan mobil yang ngantri buat belok ke kiri dan dengan sukses bikin seluruh anggota antrian mengklakson mobilnya.

"Heeey, kebiasaan narik mikrolet lo ya!" spontan saya timpuk Kirana pakai tissue bekas di dashboard mobilnya.

"He-he-he sorry bos. Aye emang sengaja. Mendingan gue salip kan daripada elu telat!"

"Anything for the trip yah?"

"Yang benar, anything for your happiness," kata Kirana sambil menatap saya (kayaknya sih tajam) di balik kaca mata hitamnya.

"Ran, jujur, nih, gue senang, kok. Banget," kali ini saya senyam-senyum sendiri.

"Hah, tumben lo senyum!" Kirana ketawa.

"Iya. Rasanya kayak anak kecil yang pertama kali mau liburan. Pengin loncat-loncat terus cepat sampai," senyum saya lebaaar banget sampai kayaknya supir truk sebelah ke-GR-an dan mulai mesem-mesem. Wah, jangan nengok keluar, deh.

"Kagak usah buru-buru sampai. Kapalnya kan bagus banget. Kayak hotel bintang tujuh, gitu. Lo pasti enjoy di situ. Tapi, gue jamin, pulau tempat lo berlabuh itu akan jauh lebih baik daripada di sini."

"Iya?" saya menatap Kirana dengan berbinar-binar.

"Iya. Karena nanti lo yang akan milih. Lo bisa lihat dari teropong di kapal itu dan memilih pulau mana yang mau singgahi."

"Lho, itu bukannya kerjaannya nahkoda, ya?"

"Gue sudah cs-an sama nahkodanya. Gue bilang elo boleh ngatur-
ngatur," dengan bangga Kirana tersenyum lebar.

"Kalau gue bingung milihnya gimana?"

"Kagak usah khawatir. Gue akan kasih clue pulau mana yang oke. Kalaupun lo tetap bingung, lo alih profesi saja jadi waitress di kapal gue. Ada lowongan, kok."

"Sori dori strawberry, deh! Mending gue berenang cari kapal lain," saya manyun dan melipat tangan saya dengan kesal.

"Yah terserah, sih. Tapi di situ banyak kapal-kapal berisi nelayan yang libidonya segede paus dan kulitnya item plus bau laut!"

"Iyaaa! Gue enggak akan kabur! Gue akan stay di kapal Ran!" jerit saya. Terus saya tatap Kirana sambil tersenyum (eh kita bukan lesbi, lho! Cuma sahabat yang saling menyayangi). "Saya tahu ini yang terbaik. A trip to somewhere I belong. Wherever it is."

"Cieh, lagu Linkin Park kaleee."

"Makasih ya, Ran."

"Ah, makasih-makasih melulu, lho. Bosan gue dengernya! Lo terima kasih sama Tuhan sana."

"Sudah. Tiap hari. Tiap saat. Atas semua ini. Gue emang enggak pernah sendiri Ran. Selalu ada jaringan pengaman di bawah gue. Gue saja yang kadang-kadang suka melihat problem secara egois. Memandang masalah gue adalah yang paling berat sedunia. Padahal banyak yang lebih parah dari gue."

"Deeu curhat. Pandangan nanar, sebentar lagi gue bisa ngaca di mata lo!"

"Shit, I really do love you, you know!" saya memeluk sahabat saya yang paling baik sedunia ini.

"Me too. Have a nice trip, yah. Jaga diri," sekarang suara Kirana agak-agak sesak. Saya tahu dia sudah ngembeng alias nahan tangis

"I know I will have a hell of a trip!" kali ini saya menebar senyuman lebar ke segala penjuru. And you know what, si supir truk itu masih saja ngikutin dan melihat ke arah saya. Ah biarin, deh. Membuat orang lain bahagia itu sama saja dengan nabung pahala, kan?

___________________________________________________________

life is not how you arrive smoothly at the grave, but it's when you have to skid in sideways and finally scream, "Holly shit! Whatta ride!" with a smile on your face

Tuesday, October 26, 2004

hening...

gelap..
hitam putih..

ada seseorang di belakang
bayangannya merapat
hembusan napas perlahan menyentuh telinganya
bahkan detak jantungnya pun mulai terasa

jari-jemari yang saling bertaut
diam-diam ia pandang dengan kagum
ketika rengkuhan membuatnya sesak napas
ia tersenyum bahkan nyaris menangis

keduanya sudah tahu,
ke mana harus bergerak
ini film favorit yang sudah lama ditelantarkan

sesungguhnya tidak ada yang terlupakan
cuma terbengkalai saja

hening...







Wednesday, October 20, 2004

gimana rasanya?

Rasanya kayak habis nahan napas satu menit
Mungkin karena saya enggak gampang nahan napas
Lagian siapa sih yang doyan nahan napas...
Aneh banget...
Tapi kok saya tetap nekat?
Walaupun setelah itu, saya butuh waktu sendiri...
Mencerna kelemahan saya

Enggak ada gunanya dihapus
Kalau nantinya saya sendiri yang bolak balik nulis lagi...

Duh, kenapa ya?
Semua diam
Enggak ada yang bisa jawab
Tiba-tiba ada yang teriak
"Oh sutralah Zie!"

Terus saya ketawa :)

Thursday, October 14, 2004

puasa yah...

besok puasa...

saya cuma ingin lebih baik beribadah...

semoga tercapai..

sebelumnya, maafkan kalau blog ini mungkin melukai

anggap saya lagi menjabat tangan dan tersenyum sama kamu terus bilang, "Maaf..."


mungkin?

"Mungkin gak?"
"Hmm...kalau kepikir sih, iya. Tapi kalau pengin, kayaknya enggak pernah. Kalau elo?"
"Hmm..., mungkin kalau gw masih sama dia. Itu bisa terjadi."

Keesokan harinya...
"Aduh...gue lagi lihat profile-nya."
"Ck-ck-ck...no offense yah. Sebenarnya what's the odd of he....?"
"Against all odds."
"Artinya..."
"Mungkin gak bakal kesampaian..."

Berarti kemungkinan itu juga sangat jauuuuh! Jadi Thank God!!!



Friday, October 08, 2004

taeee ah!

"Gimana love life?"
"Love life? Kantor life kaleeee..."
"Kok? Gebetan lo satu kantor?"
"Hmmpfff...I don't have a love life. I have an office life... And please don't come around and tell me just how pathetic I am. Because I know I'm pathetic."
"Lah? Lagi PMS lo ya?"
"Enggak, lagi kena kutuk!"
"Bujug buseeet!"