To hold on to sanity too tight is insane

A lady with paradox chemical running thickly in her blood. Loves to laugh but can be very cynical. As cold as the winter breeze then will blow you with a roaring fire. A sinister of love yet a fool in romance. Complicated though easy to simplify. Basically, I'm just trying to revive myself here...and thank you for listening to my insane rambling.

Thursday, November 11, 2004

are u still a virgin?

Virgin
Ketika Keperawanan Dipertanyakan

dari kiri ke kanan, Ketie (Anggie), Biyan (Bela), Stella (Rasti)

Apa, sih, arti keperawanan untuk perempuan? Sometime I see that, virginity is overrated. Terutama di negara kita yang budaya Timurnya masih kental banget. Lihat saja cowok2 yang prefer cewek virgin buat dijadiin istri meskipun dia sendiri sudah berulang kali had sex. Dalihnya, "Cewek virgin itu artinya dia bisa jaga diri." Uh huh...
Ada juga cewek yang mati-matian jaga keperawanan (sampai perlu kali pakai celana dalam yang ada gemboknya!) dengan alasan, "Ini lambang harga diri perempuan. Cewek yang masih perawan itu bakal dihargai cowok." Okay...whatever.

Tema ini yang diangkat sebuah film baru, Virgin, yang (nekat) beredar di bulan puasa. Menurut gue sih ini karena si pembuat sudah kebelet banget pengin orgasme melihat reaksi penonton atas filmnya yang radikal.

Virgin terang-terangan bercerita tentang kehidupan bebas pecun2 ABG. Tepatnya ada tiga cewek, Stella, Ketie, Biyan, (semua umurnya 16 tahun dan badannya masih anak kecil banget) yang bersahabat di film ini. Cewek yang paling bloon sekaligus bertampang cocok banget jadi "ayam," Ketie, memutuskan melepaskan keperawanannya dengan harga 10 juta pada seorang om. Ouh ya, sebagai simbol kegembiraannya, ia melepaskan BH yang dipakainya keluar kaca mobil (untung nih anak kurus dan toketnya enggak gede!). Stella, anak pejabat yang ortunya enggak pernah terlihat di rumah, is dying to be famous thou her acting capability is very sad. Dia juga cewek yang sangat setia kawan, loves sex (saat pelajaran seks di kelas, dia malah menulis tulisan besar di bukunya, I LOVE SEX) and will do anything (I mean anything) to defend her friends. Terutama temannya yang bernama Biyan.

Nah, si Biyan inilah perawan yang diincar eh jadi pusat perhatian film. Dia berasal dari keluarga berantakan (dia mergokin bokapnya ML sama pecun di ruang tamu sementara nyokapnya cuma melongo di kamar), suka sastra dan tampangnya paling manis di antara yang lain (enggak nyambung, yah :P).

Kehidupan gaul yang diekspos di film ini memang sungguh liar. Siap-siap mengelus dada dan bilang, "Astaghfirullah!" atau "Yo Oloh tolong!" Adegan2 transaksi seks antara cewek-cewek ini dengan om2 enggak jelas. Hard core clubbing. Pakaian-pakaian berkesan murahan yang dikenakan semua pemain utama dan pembantu di nyaris semua adegan. Contoh, rok mini hitam, tank top, lengkap dengan stoking jala-jala hitam. And if that's not enough, there's also the long wavy hairdo just to add the skanky image. Dilengkapi dengan percakapan-percakapan vulgar, (cth, "Mau SP atau ML?" yang dijawab dengan, "ML aja sekalian!"). Belum lagi menggunakan seks sebagai alat untuk mendapatkan keinginan pribadi.

Konflik semakin aneh ketika mobil yang dipinjam tiga cewek ini dari seseorang bernama Cebol dan dikabarkan sangat menyeramkan, raib entah ke mana. Padahal urusan meminjam mobil ini sebenarnya enggak penting banget, lho! Sumpah! Lalu, Ketie yang biasa mecun demi uang, hamil dan langsung berubah alim (ada adegan dia minum susu buat ibu hamil sambil mengelus-elus perutnya). Stella yang terlibat skandal VCD porno kasting sabun. Biyan yang naksir sama bintang film bernama Mariks (yang berasa banget mirip Enrique Iglesias, hueek). Sementara Mariks sudah dipacari Luna, musuh bebuyutan geng ini. Eh begitu Mariks ngaku jatuh cinta juga sama Biyan, ada sebuah masalah yaitu .... Aduuuh, lo nonton buat tahu masalahnya apaan. Gue enggak mau ruin "the best" part of this movie!!

Di antara arus pergaulan yang syaitonirojim itu, Biyan tetap pada prinsipnya. Menjaga keperawanan dengan alasan, "Keperawanan itu simbol harga diri wanita."

Pada akhirnya, Biyan tetap perawan meskipun nyaris menyerahkannya pada om2 demi melunasi utang gengnya pada Cebol. Setelah kabur dari teman-temannya, ia berhasil menerbitkan novel biografi pengalaman liar gengnya, Jadi best seller dan kedua sahabatnya pun kembali menghampirinya dengan suka cita. Yang berakibat seluruh persoalan yang sedang dirasakan teman2nya lenyap walaupun belum selesai. The final touch-nya, Biyan masih menghadapi pertanyaan dari Ketie yang keceplosan, "Lo tuh sebenarnya masih perawan enggak, sih?"

Semua fans, kameramen, nyokap Biyan yang hadir saat itu, langsung terpaku hening. Lantas dengan lantang, Biyan berdiri di sebuah podium kecil dan berkata, "Gue masih perawan." Semua orang bertepuk tangan. Di bioskop tempat saya nonton juga gitu. Tepuk tangan. Tapi bukan kagum. Karena alasannya mempertahankan keperawanan sangat ridiculous.

Apa, sih, arti harga diri wanita? Benarkah cuma dilihat dari keperawanan? Apakah cewek yang perawan tapi memakai baju super seksi, berdansa (sambil mabuk) di atas meja sebuah club dengan lelaki-lelaki liar siap menyergap, membiarkan teman-temannya menjadi pecun, bahkan kabur ketika ibunya butuh bantuan, bisa dibilang pembela harga diri wanita? Harga diri rusak = selaput dara yang robek karena penetrasi seksual. Damn, that is ridiculous! Sebenarnya maksud film ini mengangkat derajat perawan atau menjatuhkannya, sih?



1 Comments:

  • At November 14, 2004 at 10:36 PM , Blogger rangga said...

    virginity becomes a very moot point yaa...

    Kalo menurut gua sih, film ini justru akan merendahkan derajat keperawanan, karena yang dilihat adalah keperawanan fisik... padahal yang perlu dilihat dari seseorang bukanlah kondisi selaputnya...

    Keperawanan=harga diri?

    Munafik? Pastinya...

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home